Hubungan antara Kualitas dan Produktivitas dalam Produksi

Hubungan antara Kualitas dan Produktivitas

Hubungan antara Kualitas dan Produktivitas dalam Produksi – Dalam Kegiatan Produksi, terdapat 2 hal penting yang paling sering dibicarakan. Kedua hal tersebut adalah Kualitas dan Produktivitas. Jadi apa sebenarnya yang dimaksud dengan kualitas dan Produktivitas? Apa hubungannya antara Kualitas dan Produktivitas? Di artikel ini saya mencoba untuk membahas mengapa suatu perusahaan Manufakturing wajib meningkatkan Kualitas dan Produktivitas secara bersamaan (simultaneous) dalam proses produksinya.
Baca juga : 8 Dimensi Kualitas Produk.

Pengertian Kualitas dan Produktivitas

Kualitas (Quality) atau Mutu adalah tingkat baik atau buruknya suatu produk yang dihasilkan apakah sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan  ataupun kesesuaiannya terhadap kebutuhan. Pada dasarnya standar Kualitas akan berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan dari pihak yang membutuhkannya. Kualitas (Mutu) tentunya bukan hanya pada produk atau barang, tetapi juga diaplikasikan pada sektor Jasa atau pelayanan.

Sedangkan Produktivitas (Productivity) adalah Rasio atau perbandingan antara INPUT (Masukan) dan OUTPUT (keluaran) dalam kegiatan menghasilkan suatu produk ataupun jasa. Produktivitas pada dasaranya adalah mengukur Efisiensi dari kegiatan Produksi. Untuk lebih jelas mengenai pembahasan Produktivitas, anda dapat membacanya di artikel : Menghitung Produktivitas Kerja di Produksi.

Hubungan Kualitas dan Produktivitas

Pada dasarnya, Tujuan utama dari suatu perusahaan bisnis adalah untuk menghasilkan keuntungan ataupun profit yang sebanyak-banyaknya. Untuk meningkatkan keuntungan atau profit perusahaan, Ide ataupun usulan yang paling sederhana dan paling pertama muncul adalah meningkatkan Produktivitas. Hal ini tidak selalunya tepat. Berikut ini contoh atau gambaran mengapa meningkatkan Produktivitas bukan suatu pilihan yang tepat pada kondisi tertentu.

Perusahan “X” adalah sebuah perusahaan manufacturing elektronika yang memproduksi DVD Player, setiap harinya perusahaan tersebut berhasil menghasilkan Output sebanyak 1000 unit dengan rata-rata tingkat defective (cacat) adalah 5%. Untuk meningkatkan Profit, Manajemen Perusahaan kemudian memutuskan untuk meningkatkan Produktivitas hingga 10%, artinya setiap hari perusahaan harus menghasilkan 1100 unit. Keputusan meningkatkan Produktivitas dengan menambahkan jumlah Output Produksi ini membuat karyawan perusahaannya tertekan (stress) dan ketakutan. Tetapi karena merupakan Kebijakan dan Instruksi dari Manajemen, Karyawan perusahaan tersebut tetap berusaha untuk memenuhinya. Akan tetapi, Tingkat Kerusakan / Defective (Cacat) produk yang dihasilkan bertambah dari yang sebelumnya rata-rata 5% per hari menjadi rata-rata 12% per hari. Artinya, setiap hari terdapat 132 unit yang cacat (rusak) dan Produk baik yang siap dikirimkan ke Customer (Pelanggan) adalah hanya 968 unit saja. Jumlah tersebut hanya sedikit lebih tinggi atau 18 unit lebih banyak dari kondisi sebelumnya (950 unit). Peningkatan Produktivitas jika tidak diiringi dengan pengendalian proses dan peningkatan kualitas, Tingkat kerusakan akan semakin tinggi sehingga hasilnya sering tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh manajemen perusahaan.

Di sisi yang lain, Peningkatan Kualitas akan selalu dapat menghasilkan peningkatan dalam Produktivitas. Sebagai Contoh, Perusahaan “Y” memproduksi 1000 unit DVD Player per hari dengan rata-rata tingkat defective (kerusakan) adalah 5%. Artinya rata-rata setiap hari terdapat 50 unit yang cacat dan 950 unit baik yang siap dikirimkan ke Customer. Manajemen Perusahaan tersebut selalu berusaha untuk meningkatkan Kualitas. Menurut Pihak Manajemen Perusahaan “Y”, tingkat defective (kerusakan) yang mencapai  5% ini merupakan suatu biaya yang perlu dihindari. Apabila pengendalian proses dapat ditingkatkan, Jumlah unit yang baik akan bertambah sehingga dapat meningkatkan Produktivitas yang akhirnya dapat menghasilkan keuntungan bagi perusahaannya.

Untuk lebih jelas, Berikut ini perhitungan berdasarkan contoh diatas :

Perusahaan “X”

Sebelum permintaan untuk menaikan Produtivitas 10% Setelah permintaan untuk menaikan Produktivitas 10%
Tingkat Defective (Cacat) 5% 12%
Jumlah yang diproduksi 1000 1100
Jumlah yang Defective (Cacat) 50 132
Jumlah yang Baik (GOOD) 950 968

 

Perusahaan “Y”

Sebelum Meningkatkan Kualitas Setelah Meningkatkan Kualitas
Tingkat Defective (Cacat) 5% 2%
Jumlah yang diproduksi 1000 1000
Jumlah yang Defective (Cacat) 50 20
Jumlah yang Baik (GOOD) 950 980

 

Coba kita lihat perbedaan pada hasil dari Perusahaan “X” dan Perusahaan “Y”. Perusahaan “Y” yang berusaha untuk mengendalikan proses untuk meningkatkan kualitas Produksi berhasil meningkatkan Outputnya menjadi 980 unit sedangkan Perusahaan “X” yang diperintahkan untuk menambahkan 10% Produktivitas malah menghasilkan Jumlah Output baik yang lebih rendah daripada Perusahaan “Y” yang meningkatkan Kualitasnya.

Contoh diatas hanya sebagai gambaran bagaimana Peningkatan Kualitas dapat mempengaruhi Peningkatan Produktivitas dalam Kegiatan Produksi.

Manajemen Perusahaan harus mampu menemukan cara untuk menyeimbangkan peningkatan Kualitas dan Produktivitas. Terlalu menekankan peningkatan Produktivitas akan mengorbankan Kualitas yang mungkin pada akhirnya juga akan menurunkan Output Produksi. Sedangkan terlalu menekankan peningkatan Kualitas dengan mengorbankan Produktivitas juga akan menimbulkan Biaya Operasional yang tinggi. Oleh karena itu, Peningkatan Kualitas dan Produktivitas harus dilakukan secara bersamaan tanpa mengorbankan salah satunya.

Dengan meningkatkan Kualitas dan Produktivitas secara bersamaan, perusahaan akan menikmati keuntungan seperti Harga Pokok Produksi yang lebih rendah, Mengurangi biaya pekerjaan ulang (rework cost), meningkatkan kepuasan pelanggan (Customer Satisfaction) dan tentunya meraih Profit (Laba) yang lebih besar.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*