Pengertian Perencanaan Agregat (Aggregate Planning) dan Strateginya

Pengertian Perencanaan Agregat (Aggregate Planning) dan Strateginya – Perencanaan Agregat atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Aggregate Planning adalah suatu proses perencanaan kuantitas dan pengaturan waktu Output (keluaran) untuk jangka waktu menengah yaitu sekitar 3 bulan hingga 1 tahun. Perencanaan Agregat ini memberikan gambaran kepada manajemen mengenai kebutuhan terhadap variabel-variabel produksi seperti persediaan material, tenaga kerja dan sumber daya lainnya sehingga biaya operasional dapat dikendalikan seminimal mungkin. Gambaran kebutuhan tesebut harus dapat menyajikan jumlah kuantitas dan waktu yang dibutuhkan agar proses produksi dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan.
Baca juga : Pengertian Perencanaan dan Jenis-jenis Perencanaan.

Strategi pada Perencanaan Agregat (Aggregate Planning)

Seperti yang disebutkan sebelumnya, variabel-variabel penting dalam suatu sistem produksi adalah persediaan dan tenaga kerja. Semakin banyak tenaga kerja yang digunakan, semakin tinggi pula volume output atau jumlah unit produk yang dapat dihasilkan. Namun jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan tersebut dapat juga dikonversikan menjadi penambahan waktu kerja bagi tenaga kerja yang ada atau biasanya disebut dengan istilah Lembur (OT/Overtime). Oleh karena itu, Jumlah Tenaga Kerja dan penggunakan waktu lembur merupakan dua variabel yang saling berkaitan yang juga dapat digunakan sebagai strategi dalam perencanaan agregat.

Material yang dapat berupa bahan baku ataupun bahan pendukung juga merupakan variabel yang sangat penting dalam proses produksi. Tidak ada Output yang dapat dihasilkan tanpa adanya Material. Oleh karena itu, Material harus selalu dijaga Persediaan dan kondisi pemesanannya.

Beberapa strategi perencanaan Agregat yang dapat diambil dalam menghadapi Fluktuasi Permintaan dan ketidakpastian kegiatan produksi pada variabel-variabel yang dapat dikendali (Controllable Variables) adalah sebagai berikut :

  1. Variasikan Tenaga Kerja : Perubahaan Permintaan dapat diatasi dengan cara menambahkan atau mengurangi Tenaga Kerja yang digunakan sesuai dengan proporsi permintaan tersebut.
  2. Variasikan Waktu Kerja : Tetap menjadi stabilitas jumlah tenaga kerja, namun memperbolehkan waktu idle (nganggur) pada saat permintaan rendah dan mengizinkan Lembur (Overtime/OT) saat permintaan naik.
  3. Variasikan tingkat persediaan : Fluktuasi atau perubahaan permintaan dapat diatasi dengan adanya persediaan yang cukup (inventori).
  4. Subkontrak : Menggunakan Pihak Ketiga atau Subkontraktor untuk menyediakan kapasitas yang lebih tinggi.

Tabel dibawah ini adalah contoh Perencanaan Agregat (Aggregate Planning) dengan menggunakan Strategi penambahan waktu kerja atau lembur untuk Tenaga kerja.

Pedoman Perencanaan Agregat (Aggregate Planning)

Berikut ini beberapa pedoman yang dapat digunakan dalam Perencanaan Agregat (Aggregate Planning)

  1. Menentukan Kebijakan Perusahaan mengenai variabel-variabel yang dapat dikendali.
  2. Menggunakan Forecast (Peramalan) yang baik sebagai dasar perencanaan.
  3. Membuat Perencanaan ke dalam unit-unit kapasitas yang tepat.
  4. Usahakan untuk menjaga kestabilan jumlah tenaga kerja.
  5. Lebih baik melakukan pengendalian terhadap persediaan dengan ketat daripada menyediakan inventori/persediaan yang berlebihan.
  6. Tetap menjaga Fleksibilitas untuk menghadapi perubahaan.
  7. Menanggapi Permintaan dengan cara yang terkendali.
  8. Mengevaluasi perencanaan secara teratur.

Daftar Pustaka : S. Anil Kumar & N. Suresh, Production and Operations Management

1 Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*