Pengertian Average Collection Period dan Cara Menghitungnya

Pengertian Average Collection Period dan Cara Menghitung ACP

Pengertian Average Collection Period dan Cara Menghitungnya – Average Collection Period atau dalam bahasa Indonesia dapat disebut juga dengan Periode Penagihan Rata-rata adalah suatu pengukuran yang menunjukan berapa banyaknya waktu yang diperlukan oleh sebuah perusahaan untuk merealisasikan penjualan kreditnya. Dengan kata lain, Average Collection Period atau Periode Penagihan Rata-rata ini adalah jumlah hari yang berlalu antara tanggal penjualan kredit dengan tanggal perusahaan menerima pembayaran dari penjualan kredit tersebut.

Pengukuran Average Collection Period atau ACP yang pendek dapat menunjukan kebijakan kredit yang ketat dan manajemen piutang yang efektif sehingga memungkinkan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Sebaliknya, ACP yang panjang menunjukkan bahwa perusahaan harus lebih memperketat kebijakan kreditnya dan meningkatkan pengelolaan piutang agar dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

Pengukuran ACP ini sekilas mirip dengan Receivable Turnover Ratio atau Rasio Perputaran Piutang. Perbedaannya adalah Receivable Turnover Rasio membagi jumlah hari dalam suatu periode yang menunjukan hasil “Berapa Kali” penagihan piutang dalam suatu periode tertentu sedangkan Average Collection Period (ACP) adalah jumlah hari rata-rata dalam penagihan piutang yang tentunya ditunjukan dalam hasil “Jumlah Hari”. Untuk lebih jelas mengenai Receivable Turnover Ratio, anda dapat membacanya di artikel “Pengertian Rasio Perputaran Piutang (Receivable Turnover Ratio) dan Cara Menghitungnya”.

Cara Menghitung Average Collection Period (ACP)

Untuk menghitung rumus Periode Penagihan Rata-rata, kita cukup membagikan piutang dengan penjualan kredit dikalikan 365 hari. Berikut ini adalah Rumus ACP atau Average Collection Periode tersebut.

Rumus Average Collection Period (ACP)

Periode Penagihan Rata-rata = Hari dalam setahun / Rasio Perputaran Piutang

atau Rumus dalam bahasa Inggris :

Average Collection period = Days in a year / Receivable Turnover Ratio

Contoh Perhitungan Average Collection Period (ACP)

Sebuah perusahaan yang bergerak di bidang grosir peralatan elektronik memiliki kebijakan kredit yang cukup ketat. Perusahaan ini memiliki piutang rata-rata sebesar Rp. 100 juta dengan penjualan kredit sebesar Rp. 1 miliar. Berapa harikah Average Collection Period pada perusahaan ini?

Seperti rumus yang disebut diatas, sebelum kita menghitung ACP, kita perlu hitung dulu Rasio Perputaran Piutang atau Receivable Turnover Ratio dengan rumus dibawah ini :

Rasio Perputaran Piutang = Penjualan Kredit Bersih / Piutang Rata-Rata
Rasio Perputaran Piutang = Rp. 1.000.000.000,-  / Rp. 100.000.000,-
Rasio Perputaran Piutang = 10 kali

Menghitung Periode Penagihan Rata-rata atau Average Collection Period  (ACP)

Periode Penagihan Rata-rata = Hari dalam setahun / Rasio Perputaran Piutang
Periode Penagihan Rata-rata = 365 hari / 10 kali
Periode Penagihan Rata-rata = 36,5 hari

Jadi Periode Penagihan Rata-rata atau Average Collection Period pada perusahaan tersebut adalah sebanyak 36,5 hari.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*